
NATAL DAN TUBUH (2): Imanuel dan Tubuh
Melanjutkan pembahasan tentang Silsilah dan Kelahiran anak dara, dikumandangkanlah berita utama Natal: Imanuel, Allah beserta kita (Matius 1:23). Allah beserta kita! Bayi yang dilahirkan itu adalah Imanuel!
Kepada kita diperlihatkan hubungan antara Imanuel dengan tubuh.
Imanuel tidak terjadi seperti peristiwa Allah menampakkan diri-Nya kepada Musa, tidak pula seperti ketika Allah menyatakan diri-Nya kepada Elia. Imanuel dikumandangkan ketika Ia datang dengan tubuh. Ia adalah Imanuel. Dengan tubuh, Ia menyatakan penyertaan-Nya. Ini merupakan tindakan ajaib Allah bagi manusia yang berdosa.
Peristiwa natal memberikan dasar dan arah bagi kita memahami hubungan antara tubuh dengan penyertaan.
Tema “tubuh” menjadi percakapan antara jemaat Korintus dengan Paulus, rasul Yesus Kristus. Kita menyebutnya sebagai percakapan sebab dalam surat Korintus, Paulus menjawab pertanyaan dan permasalahan yang ada dalam kehidupan jemaat itu. Tubuh menjadi persoalan oleh karena berkaitan langsung dengan soal makanan dan seksualitas. Mari kita perhatikan “percakapan” ini dalam I Korintus 6:12-20:
PRINSIP
“Korintus”:
Segala sesuatu halal bagiku
Paulus:
Tetapi bukan semuanya berguna.
“Korintus”:
Segala sesuatu halal bagiku.
Paulus:
Tetapi aku tidak akan membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun.
(“All things are lawful for me, but not all things are helpful” I Corinthians 6:12)
MAKANAN DAN TUBUH
“Korintus”:
Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan, tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah.
Paulus:
Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh. Allah yang membangkitkan Tuhan, akan membangkitkan kita juga oleh kuasa-Nya.
MAKANAN DAN TUBUH KRISTUS
“Korintus” :
Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan, tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah.
Paulus:
Tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah anggota Kristus? Akan kuambilkah anggota Kristus untuk menyerahkannya kepada percabulan? Sekali-kali tidak!
TUBUH DAN SEKSUALITAS
“Korintus”:
Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan, tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah.
Paulus:
Atau tidak tahukah kamu, bahwa siapa yang mengikatkan dirinya pada perempuan cabul, menjadi satu tubuh dengan dia?
TUBUH DAN COMPANIONSHIP
“Korintus”:
Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan, tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah.
Paulus :
Sebab, demikianlah kata nas: “Keduanya akan menjadi satu daging.” Tetapi siapa yang mengikatkan dirinya pada Tuhan, menjadi satu roh dengan Dia. Jauhkanlah dirimu dari percabulan!
TUBUH DAN DOSA
“Korintus”:
Setiap dosa lain yang dilakukan manusia terjadi di luar dirinya. (“Every sin which a man commits is outside the body”)
Paulus :
Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri (“…but he who commits sexual immorality sins against his own body”) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu,Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah.
“Korintus”:
Setiap dosa lain yang dilakukan manusia terjadi di luar dirinya. (“Every sin which a man commits is outside the body”)
Paulus:
Bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? ?Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
SEKSUALITAS DAN BELONGING
“Korintus”:
Dan sekarang tentang hal-hal yang kamu tuliskan kepadaku. Adalah baik bagi laki-laki, kalau ia tidak kawin, (“Now concerning the matters about which you wrote,’It is well for a man not to touch a woman.’”)
Paulus:
tetapi mengingat bahaya percabulan, baiklah setiap laki-laki mempunyai isterinya sendiri dan setiap perempuan mempunyai suaminya sendiri. (“But because of the temptation to immorality each man should have his own wife and each woman her own husband”)
Paulus menggemakan pemahaman jemaat Korintus berkenaan dengan tubuh, sekaligus mempertegas maksud dan tujuan TUHAN memberikan tubuh bagi kita. Jemaat Korintus sedikit banyak sudah paham akan apa-apa yang halal (lawful). Namun halal saja belum cukup! Oleh karena khususnya berkenaan dengan tubuh, Paulus menegaskan bahwa tubuh sepatutnya “berguna.” Kata “berguna” dalam konteks moderen sayangnya sekedar dalam arti suatu yang kita gunakan, atau suatu yang memberikan kegunaan.
Tidak demikian maksud Paulus dengan kata “berguna” (helpful). Kata “berguna” (helpful) dalam bahasa Yunani adalah “sumphero.” Kata ini mempunyai arti kebersamaan (bring together).
Jemaat Korintus merasa bahwa tubuh hanyalah urusan makan dan minum, hanya urusan perut, yang pada akhirnya akan dibinasakan. Maka tubuh tidak ada urusan lain daripada makan dan minum. Kalaupun tubuh jatuh dalam penyelewengan seksualitas, maka itu adalah dosa di luar tubuhnya.
Paulus menegaskan tidak demikian. Tubuh memang berkenaan dengan makan dan minum. Namun tidak berhenti hanya urusan perut. Makan dan minun tidak hanya harus “halal” (lawful), tetapi juga harus “berguna” (helpful).
Tubuh bukan hanya urusan perut. Dengan tubuh, kita bisa bersama dengan yang lainnya. Sama seperti Allah beserta kita dengan tubuh dalam peristiwa natal.
Ketika kita makan dan minum, kita bukan sekedar menikmatinya sendiri, namun kita bersama yang lain. Jangan seperti jemaat Korintus, ketika perjamuan bersama mereka malah makan minun sendiri tanpa peduli yang lainnya (I Korintus 11). Makan dan minum merupakan “sharing” dengan tubuh sesama kita.
Apalagi hubungan seksualitas. Lebih dari soal makan dan minum, hubungan seksualitas adalah hubungan yang menyatukan. Paulus dengan tegas melarang percabulan, yaitu dengan tubuh kita. Hubungan seksualitas menyatukan tubuh kita dengan orang lain dalam hubungan seksualitas.
Itulah panggilan tubuh kita di hadapan TUHAN. Dengan tubuh kita dapat bersama orang lain. Bukan sekedar bersama, namun kita dapat saling menolong, saling menguatkan, saling membangun dalam TUHAN.
Dengan tubuh, seorang laki-laki dan seorang perempuan menjadi satu dalam pernikahan yang berkenan kepada Allah. Melalui keluarga yang berkenan kepada Allah, kita menggenapi maksud kasih karunia-Nya.
Yesus Kristus pernah hadir dalam dunia ini dengan tubuh-Nya. Kehadiran-Nya menyatakan penyertaan Allah yang unik dalam menggenapi keselamatan bagi kita yang percaya kepada-Nya.
Demikianlah kini kita sebagai umat kepunyaan-Nya, menyatakan “kehadiran” Allah melalui tubuh kita, dan juga melalui “tubuh”-Nya yaitu gereja-Nya. Apakah tubuh kita sekedar soal makan dan minum belaka? Apakah tubuh kita sekedar soal sakit (pain) dan kenikmatan (pleasure) belaka? Atau justru dengan tubuh kita melakukan kehendak Allah di dalam dunia ini.
Mari kita mempersembahkan tubuh kita menjadi persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah. Selamat menyambut kedatangan-Nya.
Artikel ini dapat saudara/i teruskan dengan menuliskan pengarang: Pdt. Joshua Lie, dan diambil dari wkristenonline.org