Glory & Peace
CHRISTMAS MESSAGE 2015
“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi diantara manusia yang berkenan kepada-Nya” Lukas 2:14
Kemuliaan dan damai berpadu. Inilah damai sejati bagi kita, manusia di bumi.
Banyak keluh kesah dan usaha keras untuk mencapai damai. “Damai” kadang baru didapat setelah mesin-mesin perang mengeluarkan asapnya. “Damai” sering kali baru terjadi ketika semua sudah hancur luluh. Keluarga sudah tercerai. Kota yang senyap setelah porak-poranda kerusuhan
Bagaimana kita masih dapat mengalami damai sejati itu?
Alkitab tidak ragu menyatakan bahwa dunia dalam keadaan perang. Alkitab tidak menutup-nutupi keadaan yang sesungguhnya sejak manusia berdosa di hadapan Allah. Kain membunuh Habel. Dan sejarah ini terus berulang.
Demikian pula ketika tiba saatnya Sang Mesias dilahirkan di Bethlehem. Latar belakangnya bukan sekedar perintah kaisar Agustus untuk mengadakan sensus. Namun pula peperangan dahsyat. The cosmic battle! (Wahyu 12:1-6).
Ada tiga karakter utama dalam Wahyu 12:1-6: Perempuan, Naga dan Anak.
Tanda pertama adalah perempuan. Seorang perempuan “berselubung natahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya.” Bagaimana kita membayangkan gambaran yang dahsyat ini? Mengagumkan. Untuk memahaminya kita perlu membayangkan beberapa metaphor yang digunakan. Ia adalah gambaran dari umat Allah, Israel, Maria dan gereja sekaligus! Ia “sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan” Suatu perjalanan panjang kelahiran Mesias! Peristiwa Natal bukan sekedar satu hari kesibukan kita merayakannya, melainkan suatu rangkaian panjang.
Yesaya 26:17-18
“Seperti perempuan yang mengandung yang sudah dekat waktunya untuk melahirkan, menggeliat sakit, mengerang karena sakit beranak, demikianlah tadinya keadaan kami di hadapan-Mu, ya TUHAN: Kami mengandung, kami menggeliat sakit, tetapi seakan-akan kami melahirkan angin: kami tidak dapat mengadakan keselamatan di bumi, dan tiada lahir penduduk dunia.”
Yesaya 66:7
“Sebelum menggeliat sakit, ia sudah bersalin, sebelum mengalami sakit beranak, ia sudah melahirkan anak laki-laki.”
Dalam Lukas, perempuan itu adalah Maria yang mewakili sisa Israel yang tetap setia kepada Allah bersama Elizabet dan Zakaria, Simon dan Ana menantikan kedatangan Mesias. Perempuan itu juga adalah gereja yang meneruskan kesaksian Mesias (Wahyu 12:17).
Ada tanda lain di surga, yaitu “seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota.” Warna merah melambangkan warna darah. Tujuh kepala melambangkan kekuasaan yang dahsyat. Sepuluh tanduk menyatakan kekuatan yang tiada bandingnya di dunia seperti yang dikatakan Luther “For still our ancient foe doth seek to work us woe; His craft and power are great, and, armed with cruel hate, On earth is not his equal.” Naga itu juga mempunyai tujuh mahkota melambangkan kekayaan yang melimpah ruah. Siapakah naga ini? Ia adalah si Setan, ular tua itu (Wahyu 12:9). Apa yang dilakukannya? Ia mengadakan peperangan terhadap perempuan itu. Ia mau menelan anak perempuan itu.
Dengan segala kehebatannya, naga itu tidak dapat menghancurkan perempuan itu. Dan perempuan itu melahirkan anak laki-laki. Perhatikan Yohanes tidak menyatakan bahwa anak itu adalah suatu tanda. Perempuan adalah tanda yang menjelaskan suatu yang lain, demikian pula dengan naga. Anak laki-laki itu menyatakan realita, yaitu Mesias.
Anak laki-laki itu adalah Mesias yang “akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi” (Wahyu 12:5). Ungkapan ini merupakan penggenapan dari Mazmur 2. Gada-Nya adalah tongkat gembala. Gada besi menyatakan gembala yang kuat, tak lelah menghantar dombanya ke air yang tenang dan padang rumput yang hijau.
Inilah kedahsyatan peristiwa natal. Itu sebabnya ada tangisan di Rama (Matius 2:16-18) ketika Herodes mewakili kedengkian naga berusaha memusnahkan Mesias.
Dengan peristiwa natal, perjalanan dimulai. Mesias, Kristus Yesus Tuhan kita menyatakan damai sejati di tengah-tengah padang gurun tandus dunia berdosa. Damai yang melampaui akal dan pikiran kita. Damai yang melampaui keganasan dan kekejaman naga dengan pengikut-pengikutnya. Damai yang kita perlukan di tengah hiruk pikuk dunia yang melelahkan. Kini saatnya gereja meneruskan kesaksian Mesias, Anak Allah.
Ketika kemuliaan Allah dinyatakan, damai sejati memenuhi kita kembali.
Selamat Natal, sungguh Mesias sudah datang. Bergembiralah dan Sembahlah Dia, Raja damai. (Pdt. Joshua Lie)