Renungan Paskah 2014
Lukas 23:55-24:12
1. Perempuan-perempuan yang datang bersama-sama dengan Yesus dari Galilea. Mereka adalah perempuan-perempuan yang mengikuti perjalanan akhir Yesus Kristus menuju bukit Golgota untuk disalibkan. Di antara mereka adalah Maria Magdalena, Maria ibu Yakobus dan Yusuf, dan ibu anak-anak Zebedeus. Ketika para murid terpencar, mereka tetap mengikuti Yesus dalam kesengsaraan-Nya. Kita dapat bayangkan dari ketakutan, kaget, sedih, marah, sampai akhirnya mereka tidak bisa tidak menerima apa yang mereka saksikan. Betapapun beratnya perasaan itu, mereka tetap menyaksikan detik-detik kematian Yesus di kayu salib. Namun demikian mereka pun mendengar seruan kepala pasukan yang menjaga Yesus,“Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah.” (Matius 27:54) Perkataan ini menjadi penghiburan bagi mereka. Pengalaman para perempuan sering kali seperti pengalaman kita. Saat kita menghadapi suatu peristiwa yang berat, kita masuk dalam rangkaian pengalaman dari kaget, marah, takut, sedih, berontak, gelisah sampai akhirnya menerima, dan kita kembali dimampukan mengalami hal-hal yang baik di dalam kesusahan kita. Ini pun anugerah Tuhan bagi kita. Namun rangkaian kehidupan kita tidak berakhir disini lalu berputar kembali.
Perempuan-perempuan ini dipimpin Tuhan untuk mengalami pengalaman penggenapan janji-Nya. Mereka menemukan kubur yang kosong! Mereka sama sekali tidak menyangka! Mereka hanya ‘meneruskan’ rangkaian peristiwa Yesus: dari hidup, di fitnah, dihakimi, disiksa, dan akhirnya mati. Kini bagian mereka adalah membawa rempah-rempah bagi tubuh Yesus di kuburan. Mereka lalai bahwa peristiwa yang mereka ikuti bukanlah sekedar peristiwa kehidupan manusia, yaitu rangkaian kehidupan manusia berdosa. Namun penggenapan keselamatan bagi manusia berdosa. Yang mati di salib adalah Yesus Kristus!
Mereka berharap menemukan mayat Yesus. Itu cukup bagi mereka. Mereka menjadi sedih kembali karena menyangka mayat Yesus telah dicuri. Mengapa? Oleh karena mereka mencari yang hidup di antara orang mati! (Lukas 24:5). Mereka lalai bahwa yang mereka cari adalah Yesus Kristus yang adalah kebangkitan dan hidup!
2. Para perempuan ini kemudian memberitahukan peristiwa ini kepada rasul-rasul. Suatu yang ironis bagi kita. Peristiwa penting ini disaksikan pertama-tama oleh kaum perempuan. Bagi orang Yahudi, kesaksian perempuan tidaklah dianggap penting dan sah. Ada tradisi yang menyatakan dua orang perempuan bersaksi dianggap satu suara laki-laki. Maka ketika mendengar perkataan mareka, rasul-rasul menganggap perkataan mereka sebagai omong kosong. Para rasul-pun tidak siap dengan kubur yang kosong! Mereka masing-masing bergumul dengan peristiwa tragis kayu salib. Mereka masih bergumul pula dengan kubur yang kosong.
Ada skeptis, ada pula seperti Petrus yang cepat-cepat pergi ke kubur. Seperti seorang detektif, ia menjenguk ke dalam kubur. Ia menginvestigasi ruangan kosong itu. Tampak baginya hanya kain kapan saja. Sampai hari ini pun masih ada orang-orang seperti Petrus. Melongok, melihat, bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, dan sayangnya mereka tidak berjumpa dengan Yesus yang mereka cari, yaitu Yesus yang bangkit dari antara orang mati.
Tidaklah demikian dengan rasul-rasul. Akhirnya mereka berjumpa dengan Yesus yang bangkit. Yesus Kristus hadir ditengah-tengah mereka dan memberikan damai sejahtera-Nya. Kebangkitan Kristus bukan untuk membalas dendam kepada orang-orang yang memakunya. Kebangkitan Kristus bukan sekedar menyatakan suatu yang spektakuler. Kebangkitan Kristus menggenapi keselamatan bagi manusia berdosa. Kebangkitan Kristus memberikan damai sejahtera bagi kita.
3. Mengapa para perempuan dan rasul-rasul bergumul dengan kubur yang kosong, seolah-olah mereka tidak mengharapkan kubur itu kosong? Mereka ternyata lalai akan perkataan Yesus Kristus jauh hari sebelumnya. Perkataan itu diulang kembali di kubur oleh dua orang yang berpakaian berkilauan. Perkataan itu diulang kembali di perjalanan menuju Emaus oleh Yesus Kristus sendiri. Anak manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.
Ketika perkataan itu dikatakan kembali, maka teringatlah para perempuan di kubur akan perkataan Yesus itu (Lukas 24:8). Betapa lemahnya ingatan kita akan perkataan Tuhan. Apalagi hidup dalam jaman komunikasi canggih. Terlalu banyak suara, terlalu banyak perkataan, yang membuat kita kehilangan fokus akan perkataan-perkataan hidup yang kekal (Yohanes 6:68). Inilah perpaduan yang ajaib: antara kubur kosong dan perkataan Yesus Kristus. Kita perlu keduanya! Antara firman perjanjian-Nya dan penggenapannya dalam rangkaian kehidupan kita.
Selamat Paskah. Kristus sudah bangkit!