
Gift (2) Yakobus 1:19-27
Allah kita adalah Allah yang memberi pemberian yang sempurna (Yakobus 1:17). Allah bukan hanya berbicara kepada kita (“God has spoken”) tetapi juga Allah yang memberi (“God has given”) bahkan memberikan Anak-Nya yang tunggal bagi keselamatan kita. Keduanya Firman (Word) dan Pemberian (Gift) merupakan paduan yang penting dalam misi Kerajaan Allah.
Demikian Yakobus merangkaikan pemberian Allah dengan Firman kebenaran-Nya.
Pemberian-Nya (Gift) adalah pemberian yang sempurna, yang sanggup melimpahkan hidup kita sehingga menjadi hidup yang sanggup memberi dalam kelimpahan. Inilah panggilan kita. Hidup yang memberitakan dan memberikan dalam kelimpahan-Nya.
Bagaimana kita memiliki hidup yang demikian?
Jawabannya terletak pada firman kebenaran yang melahirkan kita supaya kita menjadi buah sulung (first fruit) dari segala ciptaan-Nya (1:18). Maka selanjutnya Yakobus menegaskan bagaimana sikap kita sepatutnya terhadap firman kebenaran Allah.
(1) “Quick to listen, slow to speak, slow to anger” (1:19) “Cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.”
Kalimat ini bukan sekedar nasihat umum dalam pergaulan melainkan perintah Allah bagi kita dalam bersikap terhadap firman kebenaran-Nya. Sikap yang benar terhadap firman kebenaran akan menghasilkan hidup berkelimpahan yang memungkinkan kita memberi dalam kelimpahan pula.
“Cepat untuk mendengar” merupakan kunci awal yang dilanjutkan dengan sikap “lambat untuk berkata-kata dan lambat untuk marah”. Ketiganya membentuk rangkaian yang utuh. Tanpa kita cepat untuk mendengar kita tidak akan sanggup untuk lambat berkata dan lambat untuk marah. Perjanjian Lama berulang kali mengingatkan kita untuk mendengar. Demikian pula ketika Lukas mencatat pengajaran Yesus tentang seorang penabur, tampak berulang kali kata mendengar ditegaskan (Lukas 8:8, 10, 12, 13, 14, 15, 18, 21). Agar “tanah” menghasilkan hasil yang berkelimpahan, benih harus tinggal tetap, berakar dan bertumbuh. Demikianlah kehidupan kita menjadi bekelimpahan, jikalau mendengar firman dan menyimpannya dalam hati (Lukas 8:15).
Bagaimana kita mendengar firman Tuhan?
Mari sejenak kita merenungkan kembali peristiwa panggilan TUHAN kepada Samuel (1 Samuel 3). TUHAN memanggil Samuel! (3:4). Bagaimana reaksi Samuel? Ia telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah (3:3). Suara itu membangunkannya dan dengan sigap ia menjawab “Here I am.” Jawaban yang sama dengan Abraham ketika dipanggil TUHAN. Tanpa ragu, tanpa berbantah, tanpa menunggu, Samuel dengan sigap menjawab panggilan itu. Ia sudah berada dalam bait suci, hatinya siap untuk menerima panggilan. Acapkali kita yang sudah ada di dalam TUHAN, di dalam pelayanan, di dalam kegiatan gereja, malah tidak sigap lagi mendengar panggilan TUHAN dalam firman-Nya. Namun sayang, Samuel belum mengenal TUHAN (3:7). Maka ia segera berlari kepada Eli. Suara TUHAN yang Samuel dengar mirip dengan suara Eli, orang yang selama ini mengawasinya (3:1).
Maka kini kita dibawa untuk memahami bagaimana reaksi Eli terhadap panggilan TUHAN. JIkalau Samuel mendengar suara TUHAN langsung namun membawanya kepada Eli, maka Eli tidak langsung mendengar suara TUHAN. Eli malah menyuruh Samuel tidur kembali. Inilah gambaran Eli. Tanggung jawab kini di tangan Eli. Ia yang telah mengenal TUHAN malah tidak menyadari tugasnya membawa Samuel kepada panggilan TUHAN. Bagaimana Eli “mendengar” panggilan TUHAN melalui Samuel? Sampai tiga kali baru Eli sadar akan panggilan TUHAN kepada Samuel.
Mendengar firman TUHAN tidak dapat dilepaskan dari keadaan kita masing-masing. Ada seperti Samuel, ada pula seperti Eli. Samuel mendengar langsung tapi salah sasaran berlarinya sebaliknya Eli sudah mengenal TUHAN namun kembali tidur tanpa menyadari panggilan TUHAN kepada Samuel. Untuk itu Yakobus merangkai ketiga pokok ini: “quick to listen” baru mungkin kalau kita pada saat yang sama belajar untuk “slow to speak” dan”slow to anger.”
Kini setelah reformasi, firman TUHAN terbuka bagi kita. Pertanyaan kita apakah kita mendengar firman itu? Kalau benar kita mendengarnya, maka firman itu akan melimpahkan hidup kita menjadi hidup yang memberitakan dan memberikan. Memberitakan dan memberikan yang menghasilkan kelimpahan lagi bagi penerima tanpa diikat dalam ikatan timbal balik yang hanya berputar pada diri kita sendiri.
Selamat Reformasi 31 Oktober 2009.
(bersambung)
Blessings in Christ
pdt.jlie
Musim gugur yang ditandai dengan mewabahnya H1N1 di Kanada.
Artikel ini dapat saudara/i teruskan dengan menuliskan pengarang: Pdt. Joshua Lie, dan diambil dari wkristenonline.org