Pergi Ke BETHLEHEM
Adventus & Natal 2010 – 2
“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Lukas 2:10)
Bethlehem, kota tua yang penuh dengan peristiwa sejarah yang penting. Banyak kisah bisa kita telusuri berkaitan dengan kota ini. Namun kota Bethlehem disenandung dan dikumandangkan setiap tahun untuk menyatakan berita penggenapan Alkitab, yaitu kelahiran Yesus Kristus.
Dimulai dengan gembala-gembala yang berjaga di padang dekat kota Bethlehem. Sunyi dan sepi, itulah suasananya. Namun tiba-tiba, seorang malaikat Tuhan berdiri dekat mereka. Kemuliaan Tuhan bersinar dan suara malaikat memecah kesunyian malam. “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.”
Selanjutnya malaikat memberikan penjelasan tentang Juruselamat yang lahir itu. Seorang bayi di bungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan. Pertemuan malaikat dengan para gembala diakhiri dengan pujian bagi Allah oleh bala tentara sorga.
Bagaimana respon para gembala?
Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke sorga, gembala-gembala itu berkata seorang kepada yang lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” (Lukas 2:15)
Mereka sepakat untuk pergi ke Bethlehem. Apa maksud mereka “pergi ke Bethlehem”? Sering kali kita berpikir para gembala pergi ke Bethlehem dengan maksud membuktikan apakah yang dikatakan malaikat itu benar atau tidak. Kita menempatkan diri sebagaimana seorang moderen sepatutnya. Setelah mendengar suatu perkataan atau berita, seorang moderen dengan cekatan memburu ‘kebenaran’ berita itu dengan mencari buktinya. Tentu bukan suatu yang keliru jikalau seorang wartawan tidak menerima begitu saja suatu berita tanpa mengeceknya, apakah benar atau sekedar gossip.
Namun apakah demikian pula yang terjadi dengan para gembala yang sepakat pergi ke Bethlehem. Apakah para gembala bermaksud menjadi jurnalis yang mengabarkan berita ini? Bagaimana pula maksud kedatangan kita merayakan natal tahun ini?
Mari kita perhatikan yang dikatakan para gembala:
“Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa (rhema) yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.”
“Let us go over to Bethlehem and see this thing (rhema) that has happened, which the Lord has made known to us,” Lukas 2:15
Ketika para gembala sepakat pergi ke Bethlehem, mereka bersepakat untuk “melihat apa yang terjadi di sana.” Dalam bahasa Gerika digunakan kata “rhema” berarti “perkataan” (word or saying), namun dalam konteks latar belakang bahasa Ibrani dbr, maka kata “rhema” digunakan untuk “sesuatu” (thing, ayat 15. 19) dan “perkataan” (saying, ayat 17). Alkitab menggunakan kata “rhema” dengan latar belakang Ibrani untuk menyatakan bahwa perkataan sama nyata-nya dengan sesuatu atau peristiwa. Keduanya yaitu perkataan (saying) dan sesuatu atau peristiwa (thing) tidak dapat dipisahkan. Oleh karena perkataan yang disampaikan bukan sekedar perkataan tetapi juga kehadiran dari yang berkata-kata. Ketika TUHAN berfirman sebagaimana dinyatakan dalam kitab Kejadian, maka jadilah apa yang difirmankan-Nya.
Perpaduan ini sangat jelas dalam kisah kelahiran Yesus Kristus. Perkataan (Word) yang disampaikan malaikat, bayi di palungan, keduanya sama-sama rhema (dbr). Maka kesepakatan para gembala pergi ke Bethlehem bukan sekedar untuk membuktikan apa yang dikatakan para malaikat itu. Perkataan malaikat dengan kemuliaan Allah yang dinyatakan merupakan suatu pengalaman yang luar biasa bagi para gembala. Pengalaman yang tidak perlu dibuktikan lagi.
Kesepakatan para gembala pergi ke Bethlehem bukan bermaksud membuktikan perkataan malaikat oleh karena perkataan malaikat sekaligus merupakan bukti kehadiran Allah. Kesepakatan mereka adalah untuk melanjutkan kekaguman mereka akan karya Allah yang ajaib. Pergi ke Bethlehem adalah pergi ke kota Daud. Di kota Daud, di palungan, tanda tempat gembala menjaga kawanan domba, terbaring seorang bayi dibungkus dengan lampin. Palungan bukan tanda kehinaan. Bukan tanda tersia-siakan. Tidak. Bayi itu dibungkus dengan lampin dan disana ada ayah dan ibunya. Palungan adalah tanda lahirnya seorang gembala sejati, sebagaimana Daud, seorang yang dipanggil menjadi gembala bagi umat Allah.
Pergi ke Bethlehem bukan sekedar membuktikan suatu perkataan. Perkataan malaikat tidak memerlukan pembuktikan karena di dalam sudah ada penggenapan itu. Pergi ke Bethlehem adalah untuk melanjutkan langkah berikutnya memahami karya Allah bagi keselamatan manusia berdosa. Para gembala memahami itu dan memuliakan dan meumuji Allah untuk apa yang yang telah mereka dengar dan lihat sebagaimana telah dinyatakan kepada mereka (“And the shepherds returned, glorifying and praising God for all they had heard and seen, as it had been told them.” 2:20)
Bagaimana dengan Maria dalam ayat 19?
“Tetapi Maria menyimpan segala perkara (rhema) itu di dalam hatinya dan merenungkannya”
Maria menyimpan “rhema” itu dalam hatinya. Ia menyimpan perkataan TUHAN dan karya-Nya dalam hatinya. Itu berarti Maria bersedia dipimpin selangkah demi selangkah dalam penggenapan karya Allah yang ajaib di dalam Yesus Kristus. Ia menyimpan firman dan karya TUHAN dalam kesediaannya sebagai seorang hamba Allah. Simeon bahkan menyiapkannya untuk sedia taat dalam langkah-langkah maksud TUHAN baginya (Lukas 2:34-35).
Mengapa kita mengingat Bethlehem? Bukan sekedar bernostalgia. Bukan sekedar untuk membuktikan. Pergi ke Bethlehem artinya pergi ke kota Daud. Di sana ada penggenapan karya Allah bagi umat manusia yang berdosa. Di kota Daud, di palungan, lahir Kristus, Juruselamat. Langkah berikutnya, adakah kita sedia menyimpan firman TUHAN dalam hati kita untuk berjalan dan taat dalam panggilan-Nya bagi hidup kita kini dan disini?
Selamat Natal.